Keluhan Sang Petani
Arya Hasa Kuswiratama
Kala senja mulai menyelimuti ladang padi dan angin yang
mulai berhembus tak beraturan. Terlihat seorang petani yang tertunduk murung di
saung yang terlihat kumuh ditengah ladang padi. Dari jauh terlihat seorang
wanita berkebaya menghampiri seorang petani tersebut yang ternyata adalah istri
sang petani.
“Pak, ayo pulang sebentar lagi hari makin gelap!” ujar sang
istri.
Kemudian sang petani tersentak kaget atas perkataan
istrinya, seraya ia berkata.
“Eh ibu, mengagetkan bapak saja.”
Sang istri berkata “Mikir apa toh pak?”
Sang petani diam saja saat ditanya istrinya.
“Paaak! Kok diam aja ditanya ibu?” ujar ibu.
“Hmm bapak lagi bingung memikirkan nasib sawah kita, kian
hari makin mengering sawah kita yang membuat hasil panen kita berkurang drastis
padahal hanya ini usaha kita agar bisa menghidupi keluarga kita” jawab sang
petani.
“Yang sabar pak, kita bercocok tanam disini juga sudah patut
kita syukuri” ujar sang ibu menghibur suaminya.
“Iya juga bu, namun bapak terkadang merasa kesal karena
disekitar ladang ini mulai dibangun bangunan industri yang dampaknya mengenai
kita” keluh sang petani.
“Ibu bisa mengerti pak, namun ini semua sudah direncanakan
oleh orang-orang yang lebih tinggi dari kita. Meskipun begitu baik kita ataupun
mereka juga sama-sama saling membutuhkan, kita butuh alat teknologi yang mereka
buat untuk sawah kita dan mereka juga butuh kita sebagai orang yang memproduksi
beras.” Tutur sang ibu.
“Kalo dipikir-pikir benar juga bu, meskipun penghasilan kita
sedikit dari panen ini kita masih bisa menjalani hidup ini meski hanya untuk
makan dan juga yang paling kita syukuri adalah anak-anak kita selalu mendapat
beasiswa dalam pendidikannya sehingga tidak terlalu ada beban mengenai biaya
pendidikan anak kita.” gumam sang petani.
“Iya pak, semua yang kita jalani ini pasti ada kelebihan dan
kekurangannya. Allah swt pasti akan memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya”
ujar sang ibu.
“Oh iya, udah mulai gelap bu mari kita pulang, pasti
anak-anak telah menunggu kita” ajak sang petani.
“Iya pak” jawab sang ibu sambil tersenyum kepada sang suami.
Akhirnya sang petani dan istrinya meninggalkan ladang padi
dan kembali ke rumah mereka dengan rasa syukur atas apa yang mereka miliki.
-SELESAI-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar